Author : MASefano
"Bang, besok kita jadi ke pantai?" tanyaku sambil tetap asyik dengan ponsel di genggamanku.
"Nggak jadi ah kamu sibuk sendiri gitu!" candanya sambil mengacak-acak rambutku.
Dipa adalah sosok pria yang belum lama ini dekat denganku. Sebenarnya kami sudah saling kenal cukup lama, tetapi tak ada yang menyadari mulai kapan perasaan kagum dan sayang itu muncul. Aku sendiri memanggilnya abang karena ia memang sangat perhatian padaku. Usia kami berbeda 5 tahun, dan ia tahu benar bagaimana cara memanjakan aku.
Namaku kikiyani, aku punya kekasih, yaa aku punya kekasih yang aku sayangi. Tetapi aku tak dapat menolak kedekatanku dengan Dipa. Diam-diam tiga bulan ini kami jalan, ke sana kemari berdua. Saling menghujani satu sama lain dengan perhatian. Menjaga dan bercanda, kami seperti sepasang kekasih yang saling mengagumi satu sama lain. Tak pernah kehabisan bahan cerita dan seperti bisa saling menutupi kekurangan masing-masing.
Kekasihku. Hmm... sebenarnya aku mencintainya. Kami toh sudah jalan lebih dari 3 tahun lamanya. Tetapi entah kenapa kami seperti orang asing yang tak punya ikatan satu sama lain. Bercanda saja kami jarang. Tetapi ajaibnya kami bisa bertahan dalam hubungan untuk sekian lama.
"Lal umengapa harus dipertahankan?"
pertanyaan tersebut selalu menggangguku setiap saat. Sayangnya hingga kini, aku tak juga tahu jawabannya.
Lihat juga Cerpen Untuk Kita
"Kamu tahu, setiap ada di dekatmu aku selalu ingin memelukmu. Serasa tak ingin melepaskanmu..." kata Dipa saat kami menikmati matahari tenggelam di pantai sore itu.
Aku terdiam. Aku tak dapat berkata apa-apa dan menikmati pelukannya. Namun, ada sedikit rasa tak nyaman juga di dalam hatiku. Aku teringat pada kekasihku, yang entah hari ini entah sedang apa. Tetapi setidaknya memang aku merasa bersalah padanya, dan kian hari rasa bersalah itu semakin besar.
"Bang, sampai kapan memangnya kita harus begini terus?" tanyaku.
"Maksudmu itu apa?, ya sampai selamanyalah..." Balas Dipa.
"Bukan begitu. Tapi... aku butuh kepastian, bang. Kita nggak bisa seperti ini terus. Kita butuh kejelasan hubungan," kataku sambil melepaskan pelukannya, kemudian menatap matanya dalam-dalam.
"Hmm... Aku tahu maksudmu. Tetapi, aku sendiri tak tahu harus bagaimana saat ini. Lebih baik kita jalani saja dulu yaa" Dipa meraih tanganku, mengusap rambutku dengan lembut.
Aku tetap membisu. Tak tahu harus berkata apa padanya.
Saat di rumah,
"Nak Kiki, tante itu senang lho Ricky bisa jalan dengan nak Amel sekian lama. Maksud hati sih kalian lekas meresmikan hubungan saja," kata tante Lia saat mengajakku ngopi sore itu.
Aku nyaris tersedak. Tak pernah terpikir sebelumnya di benakku tante Lia akan membicarakan tentang hal itu. Oh iya, tante Lia adalah ibu Ricky, kekasihku. Sebenarnya ia juga adalah teman ibuku, jadi ceritanya dulu memang kami sengaja dikenalkan. Ricky sendiri hanya senyum-senyum duduk di sampingku, tak berkomentar apa-apa. Dan aku tak bisa menebak apa yang ada di dalam pikirannya.
"Iya, beneran nih. Tante sudah bicara sama mama dan papamu. Mereka setuju kok kalau kalian segera menikah tahun ini. Kami sudah tak sabar ingin menimang cucu..." ungkap tante Lia sambil tertawa senang hatinya.
Aku menanggapinya dengan senyum yang aku tak tahu itu apa. Aku hanya tak tahu harus berkata apa.
Keesokan harinya,
"Bang, aku mau dinikahin nih," kataku pada Dipa. Ia terdiam sejenak.
"Maksudmu...?, kamu mau dinikahkan sama siapa ?" ia bertanya balik.
"Ya orangtuaku dan tante Lia setuju kalau aku dan Ricky segera menikah. Mereka malah sudah merencanakan hal itu. tahun ini." Balasku.
"Lalu, kamu bilang apa?" wajah Dipa mulai serius. Ia meninggalkan kesibukannya dan tampak mulai khawatir.
"Ya aku nggak bilang apa-apa sih. Tapi..." Aku terhenti sejenak.
"Tapi apa? Kamu bilang nggak mau kan?" ia semakin gusar.
"Aku rasa aku nggak bisa menolaknya, bang." aku memalingkan wajah darinya. Aku takut melihat kekecewaan di wajahnya.
"Aku... aku balik dulu Ki. Aku ada perlu." Balas Dipa kecewa.
Aku sudah menyangka ini akan terjadi. Dipa kecewa dan terluka. Aku harus bagaimana?. Berpikir selama beberapa detik, kemudian aku mengejarnya.
"Bang... tunggu!" kataku.
"Gimana kalau kita kawin lari?"
Aku tak pernah menyangka bahwa kalimat ini akan keluar dari mulutku. Namun nyatanya keluar juga. Dipa terdiam dan tak berpaling padaku. Kuhentikan langkahku dan menunggu ia berbalik dan memelukku. Ia tak pernah berbalik. Ia meneruskan langkahnya dan memacu motornya dengan kecepatan tinggi.
Sejak saat itu ia tak pernah memberiku kabar apa-apa lagi.
***
"Kamu cantik lho Nak Kiki dengan busana pengantin ini," tante Lia berucap kagum padaku. Mama mengangguk setuju. Akupun tersipu di depan mereka.
Hari ini adalah hari pernikahanku dengan Ricky. Hari yang diharap-harapkan oleh banyak orang untuk melihatku bahagia. Kalau dipikir-pikir, aku sebenarnya beruntung. Bisa menikah dengan orang yang aku cinta, direstui dan didukung oleh keluarga. Tetapi seperti ada yang hilang di dalam hatiku.
Dipa. Entah ke mana ia pergi setelah hari itu. Aku tak pernah melihat dan mendengar kabarnya lagi. Ia seperti lenyap ditelan bumi. Aku sendiri tak berniat mencarinya, karena kupikir ia akan berbalik dan memelukku.
Aku juga tak pernah terbayang bagaimana bila ternyata hari itu ia mengiyakan ajakanku. Mungkin saat ini aku tak melihat tante Lia, tak melihat senyum di wajah mama dan papa. Haha. Bodohnya aku. Mengapa sampai terucap kalimat itu. Bukannya aku seharusnya tahu bahwa hubungan kami itu nggak mungkin terwujud.
"Kiki, semua sudah menunggu di bawah," kata mama memintaku untuk segera turun dan bersiap untuk ijab kabul.
"Iya, maa.. sebentar lagi," kataku.
Kupandang lagi cermin di kamarku, kemudian beralih mencari udara segar di jendela kamar.
"Baiklah, ini mungkin sudah menjadi jalanku. Aku tak bisa mundur lagi. Maafkan aku, Bang Dipa. Aku tak bisa menunggu sesuatu yang tak pasti darimu. Aku mencintaimu, namun aku juga mencintai dia," kataku dalam hati kemudian beranjak dari kamarku.
5 Komentar
Makanya jangan kasih masuk orang lain, kalau kita ujungnya cuma nyakitin aja. Dasar cewe!
BalasHapusSetialah dengan satu laki-laki yang menerimamu.
BalasHapusJangan php bgsd
BalasHapusPhp
BalasHapusKebiasaan cewe emang gitu
BalasHapusBiasakan berkomentar dengan sopan