By : Sakinah Saklaili
Author : MASefano


......

Aku teringat Nia mengajakku pergi ke toko buku. Tapi belum ada kabar darinya. 

Tak ku sangka, ketika berjalan menuju motor, aku melihat Adam berboncengan dengan seorang wanita. Pasrah, hanya itu yang bisa ku lakukan. Cemburu, galau, kecewa, perasaanku begitu campur aduk. Rasanya hancur banget. 

Siapa wanita itu, wajahnya tak tampak jelas. Mereka terlalu jauh dari pandangan ku. Aku mendapati pesan dari Nia,

"Wit, maaf ya Wit, kita gak jadi pergi beli buku. Temanku mendadak ngajak pergi jalan, kasian dia lagi ada masalah" 

Aku pun tak membalas pesannya. Aku serasa hilang mood di kampus ini. Sekarang aku hanya ingin tidur.

"Huufftt hari yang sangat menyakitkan" keluhku. 

Pikiranku terus tertuju pada wanita tadi, siapa dia ?, Apakah Adam berubah karena dia ?, Apa mungkin wanita tadi adalah Nia ?. Pikiranku terus berkecamuk. 

"Ternyata membucin membutuhkan banyak pengorbanan" pikirku.

Ku putuskan untuk pulang. Ku ingat, jatah absen kelas tinggal satu. Tapi biarlah, hati ini sedang lelah. Aku menancap gas motorku. Tatapan ku hanya lurus kedepan. Saat ini hanya ingin cepat-cepat sampai di rumah.

***

Sesampai di rumah, Aku mencuci muka, setelah itu ku lihat Status Di WA. Ternyata Nia memang pergi dengan temannya. Rasa bersalah menghampiri, ku kira awalnya Nia menjadi penyebab semua ini. Ooh bodohnya aku telah mencurigai sahabat sendiri. Ku hempaskan tubuh ke kasur kesayanganku. Tak ku sangka, air mata mengalir lagi. Pikiranku menerawang, 


"apa salahku ?, Kenapa nasib tidak berpihak padaku ?, Atau aku yang terlalu berharap ?, Kenapa begitu sulit bagiku ?, Apa tuhan tidak adil ?."

Aku teringat, hal yang paling mengecewakan ialah berharap kepada manusia. Sontak membuatku tersadar. Ini kesalahanku. Tak seharusnya menyalakan tuhan tidak adil. Bahkan ini semua terjadi karena sayangnya tuhan padaku. Tuhan memberikan kecewa agar aku ingat padaNya. Sungguh suatu peringatan atas kelalaianku selama ini. Dulu, seakan-akan saat itu dunia ini ada dalam genggaman mata. Aku tidak ingin melepaskan masa itu, tapi tuhan berkehendak lain, satu persatu mulai dipisahkan dariku. Sekarang, Aku paham betapa bodohnya aku telah lalai oleh semua ini. Kini ku relakan yang terjadi. 

***

Sekarang, Aku dan Adam hanya diam tanpa kejelasan,  ku coba bertanya padanya, apa alasan dia menjauh.  Dia menjawab dengan wajah datar 

"mungkin tidak ada topik yang klop lagi untuk diceritakan." 

Huft.. Entah siapa yang berubah. Aku rindu kamu yang dulu. 

Sedih memang,  Aku hanya berusaha menjadi manusia berguna yang menebarkan manfaat dan energi positif bagi sekitar, justru tak mampu membuatnya bertahan disisiku.

Ku coba mengintrospeksi diri. Kenapa disaat manusia meninggalkan diriku,  muncul rasa sesal karena belum bisa menjadi yang terbaik untuknya.

Lalu,  disaat Aku sendiri yang lalai dari mengingatNya atau meninggalkan PenciptaKu.  Pernahkah Aku berpikir bahwa Allah Cemburu melihatku yang sibuk memikirkan hambanya. ??
       
Mungkin perlahan aku harus keluar dari zona itu, menghampiri orang-orang baru, berharap bisa menjadi pengobat hati yang sendu. 
Aku tidak pernah tahan untuk sendiri, Aku rindu masa dimana bisa berbagi suka maupun duka.


Saat ini Aku tidak baik-baik saja. 

#DibumiMu. Senin, 24 februari 2020