Author : MASefano
Setelah pengakuan itu, aku tau tugasku selanjutnya. Yaaa, aku harus berhenti untuk menaruh rasa kepadamu. Berhenti untuk tau kabar tentangmu. Berhenti untuk berharap bisa bersamamu. Berhenti untuk segalanya. Aku tau itu tidak mudah. Hanya waktu yang bisa menjawab.
Orang bilang perasaan itu seperti kertas, saat sudah terlipat, ia takkan kembali mulus, berbekas. Orang bilang perasaan itu seperti daun, yang saat mengering begitu rapuh, Hancur. Orang bilang perasaan itu seperti kaca, mudah retak lalu pecah. Orang bilang perasaan itu seperti rumah, jika dirawat dengan baik, ia akan tetap kokoh dan sebaliknya, jika dibiarkan ia akan lapuk dan hancur.
Aku mengakui kamu begitu hebat dalam menghilangkan perasaan. Dengan dalih bahwa semua diluar kendalimu. Aku pernah melihat untaian kalimat yang muncul dilayar smartphoneku. Untaian kata itu begitu bertolakbelakang dengan apa yang kamu katakan saat ini. Alangkah bodohnya aku saat aku mempercayai hal itu darimu. Tapi tak mengapa, itu nikmat. Aku bersyukur.
Saat sikap menunjukkan nilai perasaan, saat rasa mulai hambar, saat hati mulai kacau, saat jiwa mulai bimbang, saat tangan mulai mengetik, saat huruf demi huruf, saat kata demi kata, saat kalimat demi kalimat kamu utarakan, saat itu aku merasakan hal aneh, seakan tau apa yang akan engkau sampaikan.
Benar, dirimu telah menemukan sesuatu yang tidak engkau cari dan inginkan pada diriku. Tidak mengapa. Aku paham keadaanku. Aku memang terlahir dengan banyak kekurangan. Justru dengan kekuranganku itu aku menjadi unik. Aku menjadi diriku sendiri.
Aku paham. Keinginan manusia adalah untuk mencari yg terbaik. Benar, Terbaik sesuai dengan kebutuhanmu. Tuhan memberi kekurangan untuk saling mengisi. Disitulah tumbuh yang namanya rasa sayang. Tapi tidak mengapa. Kita memiliki paham berbeda tentang cinta. Kita memiliki pandangan yang berbeda tentang agama.
Ruang dihatiku cukup luas yang tercipta disituasi ini. Orang bilang, jangan pernah mengetuk pintu jika kamu tidak berniat masuk. Oke jika awalnya kamu memang masuk, tapi jangan menyentuh isinya, sehingga tidak meninggalkan bekas. Ruang ini kini hanya tinggal ruang kosong yang telah kacau, tidak ada yang membereskan, hanya diriku yang perlahan menyusun kembali.
Baca juga Cerpen Ketika Takdir Berkata
Entah sampai kapan. 4 tahun lalu, dan hampir 5 tahun belakangan, semua ini baru mampu aku kendalikan. Dan sekarang terjadi. Aku tak pernah tau lagi entah empat, lima ? Entahlah. Aku sangat susah berperasaan, dan sangat sulit juga menghilangkan perasaan ini.
Doaku untukmu. Semoga kamu selalu diberkahi. Bertemu dengan jodoh terbaikmu. Dan semoga semua usahamu dilancarkan. Aku bersyukur kamu telah mau singgah dihidup ini. Menerangi, berbagi cerita, bersenda gurau itu sudah lebih dari cukup untukku bersyukur. Hidup memang ada yang mengatur, tapi manusia dituntut untuk berusaha.
Cinta itu indah, cinta itu guyah, cinta itu anugrah, cinta itu amanah, dan cinta itu adalah tanggung jawab. Banyak definisi tentang cinta. Terserah ingin pakai yang mana. Mohon maaf dan terimakasih untuk semua hal telah aku lalui.
Saat mata mulai menangis, saat semua harapan dan doa membumbung tinggi, saat itu namamu tersebut. Namun ruang ini takkan kembali tertata jika aku tidak menata kembali.
#MAS
#MAS
1 Komentar
Benar banget, cinta itu tergantung kita mengendalikannya seperti apa. Mau baik mau buruk, tergantung kita. Setuju banget sama yg nulis ��
BalasHapusBiasakan berkomentar dengan sopan